Ibu
Terkadang terlintas dalam neuron otakku siapa gerangan engkau sebenarnya
Juga terkadang terbesit Tanya berapa besar jasa yang telah kau suntikan dalam darah hidupku
Namun itu adalah pertanyaan bodoh dariku
Pertanyaan yang seharusnya tidak menari – nari dalam benakku
Sampai – sampai ilalang kering menertawakanku
“Betapa bodohnya aku”
Ibu
Tak bisa ku sanggah
Kaulah pelita yang paling terang yang pernah ada di dunia fana ini
Tak terpelakan lagi sentuhan hangatmu cairkan kebekuan hati.
Belaianmu juga tenangkan jiwa yang sedang terluka oleh lara.
Ibu
Engkau luar biasa
Senyumamu lepaskan aku dari prenjara luka
Membuka borgol yang memasung kebebasan bahagiaku
Ibu
Aku tau
Tak ada satu kalimat sastrapun yang bisa menggambarkan besarnya jasamu
Walau untaian katanya tersisip jutaan metafora
Ibu
Aku tau
Terkadang ada barisan kata dari mulutku menyesakkan dadamu
Membuat hatimu pedih karna yang melakukannya aku
Ibu
Aku sadar
Ter kadang lakonku tak sesuai inginmu
Tapi ,
Demikian rupa buruknya sikapku
Engkau tetap sabar membimbingku hingga aku kembali sadar
Ibu
Terima kasih
Rahimmu , kandungku tanpa harap balas jasa
Hidupmu terelakan untuk tersambungnya nyawaku
Ibu
Terima kasih dan Maafkanlah aku
Anakmu
Yang pernah memaksa tetesan kristal mengalir di pipimu
Meulaboh , 17 desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar