Terdengar Benturan Keras Nafas Yang Tersenggal
Sesak Karna Beratnya Jalan Yang Dilalui
Sepi Yang Mengiringi Langkah, Kau Anggap Teman
Walau Terkadang Kau Berharap Teman Yang Sebenarnya Datang
Ingin Ku Mendekat Tuk Tempat Sandaran Mu.
Tapi Kau Hanya Tertenggun
Memandangi Negri Yang Membuat Mu
Lapar
Lalu Kau Bercerita
Yang Berdasi Bilang Jika Itu Bukan Urusan Kami.
Padahal Beban Itu Mereka Yang Meminta
Mereka Lupa
Sekali Kali Kau Terkapar Berselimut Debu. Yang Kau Bilang Debu Itu Adalah
Baju Mu.
Kau Pernah Bermimpi Menghentikan Rintahan Bumi Kita.
Karna Kau Bilang Tanah Ini Sudah Cukup Tua Untuk Menagis.
Kau Juga Bilang Kau Tak Akan Malu Untuk Terus Berjalan Dari Pada Terus
Bersembunyi Dan Diam Pada Kemunafikan
Kemudian Yang Bersafari Itu Diam Membeku
Tapi Berkata ‘Sudah Ku Beri Hak Mu’’
Kemudian Mereka Tersenyum Hebat
Seakan Sudah Menjalankan Tugas Malaikat
Hapus Saja Hukum Kata Mereka Yang
Peduli
Ganti Dengan Cambukan Namun Bernyawa
Berpijak Teguh Sudah Tak Ada Gunanya Lagi
Salah Kah Jika Aku Menangis, Tanya
Mu
Jawab Ku Tidak
Menangislah Dari Pada Tertawa Atas Tagisan Yang Lemah
Jangan Memohon Lagi
Lakukan Apa Yang Kau Anggap Benar
Belah Saja Negri Sejuta Mimpi Ini
Kemudian Bagikan Kepada Mereka Yang Hampir Tak Pernah Mendengar Lagi
Biarkan Kabut Menutupi Pagi Ini
Menyelimutuidinginnya Aturan Yang Mereka Sebut Hukum
Hujan Sekarang Juga Tampa Diawali Lagi Dengan Mendung
Karna Tanda Itu Sudah Tidak Berarti
Tanah Yang Sudah Basah Tak Mampu
Membuat Rumput Kering Gembira
Seperti Mereka Yang Merampas
Amanah
Apa Ada Lagi Cerita Tentang Bencana Dan Dosa ?
Banyak
Persetan
Tapi
Bila Saja Masih Ada Mereka Yang Berhati
Perut Ini Pasti Tak Akan Berbunyi Menemani Malam
Jangan Heran Lantang Harapan Membelah Ratapan
Karna Yang Memengang Kekuasaan Nuraninya Lemah Syahwat
Al Kindi Harley – FISIP USU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar