Dielektika sering
terjadi di ruang suci penuh buku. Namun tindakan di dunia nyata menunjuk
kemunafikan apologi sampah. Tiang-tiang penyanga nurani dirobohkan untuk alasan
kebebasan hak dan berpikir bebas. ‘Bebas
terjun ke dalam jurang’. Berkoar-koar seperti nabi di tengah zaman. Namun lari
menghampiri penguasa modal.
Ada banyak jargon
pemikiran. Menata jalan menuju dunia tampa ‘kebodohan’. Berlogika hingga
merusak logika. Berfikir sampai menyesatkan pikiran. Memaksa pembenaran sampai
merusak kebenaran. Menegak keadilan sampai lupa apa itu arti keadilan. Jadi pahlawan
di tengah peradapan.. Berlagak sok paham dalam ranah kemanusiaan. Tapi
menyingkirkan nilai nilai kemanusian.
Mengaku memengang
estafet perubahan. Tapi berlari berlawan dari garis perjuangan. Memengang kitab
manusia tapi membuang kitab Tuhan. Lupa ? terlupakan ? atau berpura-pura lupa ?.
Tetap saja ada pembenaran.
Di rumah ada cermin. Tapi
sering sekali berkaca.
lalu bagaimana dengan anda sendiri, apakah anda merasa sudah benar
BalasHapuskebenaran mutlak hanya milik Tuhan
Hapus